Selasa, 14 Juni 2016
Pembelajaran Berbasis WEB
Konsep
Pembelajaran Berbasis WEB
Pembelajaran
berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media
situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet.
Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan "web based learning"
merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning).
Himpunan
Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan (The American
Society for training and Development/ ASTD) (2009), mengemukakan definisi e-learning
sebagai berikut :
"E-learning
is a broad set of applications and processes which include web-based-learning,
computer-based-learning, virtual and digital classrooms. Much of this delivered
via the internet, intranets, audio and videotape, satellite broadcast,
interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on
the organization and how it is used but basically it is involves electronic
means communication, education, and training".
Definisi
tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan
pembelajaran berbasis web (web-based learning), pembelajaran berbasis
komputer (computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms),
dan atau kelas digital (digital classrooms). Materi-materi dalam kegiatan
pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet,
intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif
serta CD-Rom. Definisi ini juga menyatakan bahwa definisi dari e-learning itu
bisa bervariasi tergantug dari penyelanggara kegiatan e-learning tersebut
dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk juga apa tujuan penggunaannya.
Definisi ini
juga menyiratkan simpulan yang menyatakan bahwa e-leraning pada dasarnya
adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi pendidikan dan pelatihan secara
elektronik.
E-leraning tidak sama dengan pemebelajaran
konvensional. E-learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut :
- Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
- Independency (Kemandirian); flesibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
- Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar jadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
- Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informan seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Keempat
karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari
kegiatan pembelajaran secara konvensional. Dalam e-learning, daya
tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung pada
instruktur/ guru, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya melalui
bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interfaces situs web. Dalam e-learning
pula, sumber ilmu pengetahuan tersebar dimana-mana serta dapat diakses
dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet yang
mengglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi didalamnya. Terakhir,
dalam e-learning pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai salah
satu sumber ilmu pengetahuan.
E-learning adalah segala aktivitas belajar yang
menggunakan bantuan teknologi elektronik. E-learning juga dapat
diaplikasikan dalam pendidikan konvensional dan pendidikan jarak jauh. Web-based
learning, merupakan salah satu bentuk e-learning yang materi maupun
cara penyampaiannya (delivery method) melalui internet (web).
Berikut adalah beberapa definisi pembelajaran berbasis web:
- Any learning experience or enviroment that relies upon the internet/ world wide web as the primary delivery mode of communication and presentation (http://www.usd.edu). Menyatakan bahwa setiap pengalaman atau lingkungan belajar yang bertumpu kepada internet/ worl wide web sebagai saran penyampaian komunikasi dan presentasi.
- E-learning specifically over the internet as opposed to other networks (http://www.onlinedegreezone.com). Bahwa e-learning melalui internet dibandingkan jaringan lainnya.
Berdasarkan
definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis web
adalah sebuah pengalaman belajar dengan memanfaatkan jaringan internet untuk
berkomunikasi dan menyampaikan informasi pembelajarna.
Web dapat
menciptakan sebuah lingkungan belajar maya (Virtual Learning Environment).
Lingkungan belajar yang disediakan oleh web dilengkapi dengan beberapa
fasilitas yang dapat kita kombinasikan penggunaannya untuk mendukung proses
pembelajaran, antara lain forum diskusi, chat, penilaian online,
dan sistem administrasi. Lingkungan belajar maya yang disediakan oleh web
berfungsi sebagaimana lingkungan belajar konvensional yang dapat menyampaikan
informasi kepada pembelajar.
Salah satu
nilai penting dari penggunaan web sebagai media web dilengkapi demgam hyperlink
yang memungkinkan untuk mengakses informasi secara acak (non linear)
yang berdampak pada kecepatan kita untuk memperoleh informasi yang ada di dalam
web.
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis WEB
- Memungkinkan setiap orang dimanapun, kapanpun, untuk mempelajari apapun.
- Pebelajar dapat belajar sesuai dengan karaktristik dan langkahnya dirinya sendiri karen apembelajaran berbasis web membuat pembela-jaran menjadi bersifat individual.
- Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pebelajar dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun luar lingkungan belajar.
- Sangat potensial sebagai sumber belajar bagi pebelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar.
- Dapat mendorong pebelajar lebih aktif dan mandiri di dalam belajar.
- Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya materi pemeblajaran.
- Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
- Isi materi pelajaran dapat di-update dengan mudah.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis WEB
- Keberhasilan pembelajaran berbasis web tergantung paa kemandirian dan motivasi pembelajar.
- Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan web seringkali menjadi masalah bagi pembelajar.
- Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat mengakses informasi, dikarenakan tidak terdapat peralatan yang memadai dan bandwidth yang cukup.
- Dibutuhkannya panduan bagi pembelajar untuk mencari informasi yang elevan, karena informasi yang terdapat di dalam web sangat beragam.
- Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web, pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.
Kurikulum di Indonesia
Berikut ini sejarah perubahan
kurikulum pendidikan di Indonesia sejak masa awal kemerdekaan:
1.
Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana
Pelajaran 1947
Kurikulum
pertama lahir pada masa kemerdekaan ini memakai istilah bahasa Belanda Leerplan
artinya rencana pelajaran. Istilah ini lebih populer dibanding istilah curriculum
(bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru
dilaksanakan pada 1950.
Karena masih
dalam suasana perjuangan, pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran,
melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.
2.
Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran
Terurai 1952
Kurikulum ini
merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran
sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Paling menonjol sekaligus ciri
dari Kurikulum 1952 ini, yaitu setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru
mengajar satu mata pelajaran.
3.
Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan
1964
Pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana Pendidikan
1964. Ciri-ciri kurikulum ini, pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4.
Kurikulum 1968
Lahir pada masa
Orde Baru, kurikulum ini bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan
materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik
sehat dan kuat.
5.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur
Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini
lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by
objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6.
Kurikulum 1984
Kurikulum ini
mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7.
Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum
1999
Kurikulum 1994
merupakan hasil upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama
Kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum
berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar
siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya
bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
8.
Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi)
Sebagai
pengganti Kurikulum 1994 adalah Kurikulum 2004 disebut Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki
ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi,
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
9.
Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini
pada dasarnya sama dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri
silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan
dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum
2013
Kurikulum ini adalah
pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada
di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan
adalah materi Matematika.
11. Kurikulum
2015
Kurikulum tahun
2015 ini ternyata masih dalam tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun
Ujian Nasional yang digelar pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006
yaitu KTSP. Karena, untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan
Kurikulum 2013 baru melaksanakan tiga semester.
Sabtu, 14 Mei 2016
Tugas Akhir Semester Penelitian Teknologi Pembelajaran
Akhir Semester 2 yang menyenangkan, banyak tugas namun tetap dilalui dengan penuh semangat
berikut Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Penelitian Teknologi Pembelajaran "PTK, PTS & Research and Development"
Minggu, 01 Mei 2016
Langganan:
Postingan (Atom)